Foto : Prokopim / Bupati Arifin launching Program Sangu Sampah Ubah Sampah Jadi uang saku
TRENGGALEK MAKNAJATIM –
Pemerintah Kabupaten Trenggalek secara resmi meluncurkan program inovatif bertajuk “Sangu Sampah”.
Program ini merupakan langkah taktis Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin untuk mencapai Net Zero Carbon pada tahun 2045 sekaligus menanamkan karakter peduli lingkungan sejak dini kepada generasi muda.
Berdasarkan data, Kabupaten Trenggalek saat ini masih memiliki surplus emisi sebesar 115.000 ton CO2 ekuivalen. Beban emisi tersebut berasal dari sektor energi 42%, pertanian 40%, sampah 16%, 2% dan sisanya dari industri. Bupati Ipin menjelaskan untuk menutup surplus ini ada dua pilihan. Yaitu menanam 130 hektar mangrove atau mengelola 80% sampah kita. “Karena keterbatasan fiskal untuk teknologi mahal, kita memilih jalur ekonomi sirkular yang sederhana namun berdampak masif, yaitu melalui pendidikan karakter di sekolah-sekolah,” ujar Bupati dalam acara launching program tersebut.
Program “Sangu Sampah” mengintegrasikan tiga pilar utama, pembangunan karakter siswa harus cinta dan peduli terhadap lingkungan, literasi digital melalui aplikasi TGX Waste Coin, dan inklusi keuangan.
Siswa diminta memilah sampah dari rumah dan sekolah, menyetorkannya, dan hasilnya akan dikembalikan dalam bentuk uang saku.
Terdapat 8 jenis sampah yang dikelola sesuai Instruksi Bupati, mulai dari botol plastik kemasan, plastik umum seperti bungkus sachet, kertas, kaca, kain, logam, elektronik, hingga minyak jelantah.
”Sampah yang terkumpul setiap bulan akan diambil oleh jaringan seperti TPS 3R, dengan Bank Sampah dan PT Jet untuk selanjutnya diambil oleh para offtaker untuk diproses recycling.
Setelah 3 bulan, total pendapatan dari penjualan sampah dikurangi biaya operasional dan kontribusi ke PAD, baru kemudian sisa hasilnya dibagikan kepada siswa secara proporsional berdasarkan jumlah koin yang mereka kumpulkan di aplikasi,” jelasnya.
Bupati menjelaskan bahwa program ini sengaja menyasar dunia pendidikan sebagai piloting.
Jenjang SMA & Perguruan Tinggi, siswa memiliki akun dan rekening mandiri karena mayoritas sudah memiliki gadget.
Jenjang SD & Pondok Pesantren menggunakan sistem pooling account, satu akun untuk satu kelas dikelola oleh guru, pengurus pondok, atau komite sekolah sebagai wali pengguna bagi siswa yang belum diperbolehkan membawa gadget.
Tak hanya berhenti di program Sangu Sampah, Pemkab Trenggalek juga tengah menyiapkan peluncuran pengolahan limbah organik rumah tangga dan sisa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dipelopori oleh Ibu Novita Hardini.
Limbah tersebut akan dikonversi menjadi pupuk dan media tanam untuk pekarangan rumah tangga.
Saat ini, akses layanan dilakukan melalui website tgxwastecoin.id, sementara aplikasi TGX Waste Coin dapat diunduh melalui Play Store untuk pengguna Android pada bulan Januari, sementara untuk pengguna iOS dapat mengakses layanan melalui versi website.
Meskipun fokus utama saat ini adalah lingkungan sekolah, tidak menutup kemungkinan pengembangan program bagi masyarakat umum.
Dengan program “Sangu Sampah”, Trenggalek optimis dapat mengubah beban masalah sampah menjadi peluang ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan siswa sekaligus menyelamatkan bumi.( **** )


















